Kabar Duka Pencipta Lagu "Bento" Naniel Tutup Usia

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Kabar Duka Pencipta Lagu "Bento" Naniel Tutup Usia

Friday, February 21, 2020

Foto : Naniel Chusnul Yakin almarhum sang pencipta lagu Bento.
Berita Rakyat, Jakarta  - KABAR duka musisi nyentrik kalem dan lembut itu. Ku ketahui dari dunia maya dan dari beberapa Mlmedia sosial. 

Ya.. Naniel Chusnul Yakin nama lengkapnya. Arek Suroboyo ini menutup usianya yang ke 67 tahun, pada hari Jumat (21/02/2020), pukul 10.30 Wib.

Naniel meninggal dirumah sakit Permata Pamulang, Tangerang Selatan. Kondisinya masih dalam perawatan medis lantaran terserang stroke bertahun-tahun.

Aku baru tahu kabar kakek bercucu dua ini seminggu yang lalu dari seorang teman dimedia sosial. Naniel sudah lama ku kenal. Banyak pula yang ku kenang.

Kali pertama kami bertemu saat bersama-sama belajar menulis jurnalistik di Majalah Liberty. Majalah yang beralamat di Jalan Pahlawan Surabaya ini saat itu dikelola Bondan Winarno, yang dikenal dengan program kuliner Mak Nyuus sebelum meninggal dunia.

Bondan merekrut almarhum Anshori Thayib sebagai pemimpin redaksi. Juga ada senior fotografi handal dari ibukota Enong Ismail.

Naniel bergabung sebagai penulis seni dan musik. Maklum tahun 1980-an saat itu, dia sudah dikenal sebagai musisi bersama almarhum Gombloh dan almarhum Leo Kristi.

Selain Naniel, Liberty juga diperkuat sastrawan muda Rusdy Zaki, yang kondang coretannya ketika mengkritisi rektor Universitas Airlangga.

Naniel dan Rusdy ternyata bukan orang lain. Kakak beradik. Sama sama kalem tapi berjiwa tegar dan teguh pendiriannya.

Bedanya, fisik Rusdy lebih kecil dan berkacamata tebal. Berambut lurus tidak gondrong.

Sedangkan Naniel berambut ikal, gondrong dan agak kekar. Perangainya sama kalemnya. Sama-sama menghormati setiap orang. Tidak mengesankan sebagai arek Suroboyo yang sangar.

Karya jurnalistik Naniel mantap sekali. Semantap lirik lagu yang dikemasnya. Apalagi olahan redaktur senior  sekelas Mas Anshori dan Mas Enong membuat semua karyanya layak baca.

Naniel dan Rusdy sering jalan bareng. Liputan bersama. Sedangkan aku lebih banyak meliput tentang sosial dan wisata bersama Mas Enong dan Pak Sanyoto Suwito (almarhum).

Setahun setelah kami bersama-sama berkarya di Liberty, Naniel lebih memilih berkarya di ibukota. Saya kemudian bergabung di Harian Pagi Memorandum tahun 1984. 

Setelah itu, kami tak pernah bersua lagi dengan pria yang baik hati, lemah lembut, dan gaul dengan siapapun ini. Apalagi saya juga harus fokus setelah hijrah ke Jawa Pos.

Perkembangan Naniel, yang ku kagumi, terdengar dari cerita Rusdy. Kebetulan adik kandung Naniel ini, ku ajak untuk membidani program boso Suroboyoan, Pojok Kampung di JTV.

Tidak lama bergabung di Pojok Kampung, Rusdy minta ijin keluar. Alasannya, bahasa Pojok Kampung terlalu kasar. Kosroh! Tidak sesuai dengan tatakrama kesuroboyoan.

Sejak itu, kami putus kontak. Silaturahim kami hanya via media sosial. Khususnya melihat status di facebook.

Kabar meninggalnya Naniel memang sempat menggetarkan hati. Sahabat seprofesi ini sejak ku kenal hingga sekarang, telah memberikan kenangan yang mendalam.

Keteguhannya dalam berkarya,  telah menginspirasi ku hingga aku bisa bertahan jadi jurnalis. Pesan dan petuahnya tidak pernah dilakukan di hadapan orang. Dia lebih suka face to face.

Naniel yang istrinya, Nini Widowati, meninggal dua bulan sebelumnya ini, benar-benar telah meninggalkan banyak karya.

Seperti yang dilansir berita portal NgopiBareng, Naniel semasa hidupnya pernah menjadi pentolan Konser Rakyat Leo Kristi, bersama almarhum Leo Kristi dan Mung Sriwiyana. 

Naniel juga motor penggerak grup musik Bengkel Muda Surabaya bersama Gombloh dan Franky Sahilatua. 

Saat masih bersama teman-temannya di Bengkel Muda Surabaya, tahun 1980, Naniel sudah mengeluarkan album yang berisi lagu-lagu ciptaannya, bertajuk Perjalanan. 

Semua lagu dalam album ini dinyanyikannya sendiri, dengan suara yang khas, lembut dan tipis.

Tahun 1989, Naniel ikut mendirikan grup musik legendaris Swami bersama Sawung Jabo, Iwan Fals, Nanoe, Inisisri, Jockie Suryoprayogo, Totok Tewel serta Setiawan Dodi.

Kontribusi Naniel pada grup ini bukan saja sebagai pemusik, tetapi juga sebagai pengarang lagu, terutama lirik-liriknya.

Pada hampir semua lagu Swami yang hit, Naniel ikut terlibat penciptaannya bersama Iwan Fals dan Sawung Jabo, antara lain Bento, Badut, Esek-esek Uduk-uduk, Bunga Trotoar, Condet, Potret, pada album Swami Volume I.

Pada Swami volume 2, Naniel dikabarkan NgopiBareng kembali banyak terlibat dalam penciptaan lagu, antara lain lagu Hio, Kuda Lumping, Nyanyian Jiwa, Koran-koranku dan Rog-rog Asem.

Setelah menelorkan dua album tersebut, Swami bubar. Naniel   kemudian bergabung dengan kelompok musik Suket 1992, bersama Jockie Suryoprayogo,  Didit, Edi Kemput, Jalu dan  Rere. 

Naniel terlibat dalam penciptaan semua lagu pada satu-satunya album Suket yang bertajuk Potret Zaman. Beberapa lagu dalam album ini menjadi hit, antara lain Kontradiksi, Spekulasi, Renungan, Potret Zaman dan Dunia Asmara.

Karya-karya Naniel kini menjadi legenda hidup. 
Perjalanan hidupnya penuh liku. Dia sosok musikus yang sederhana. Hidup di rumah kecil yangbtak sebanding dengan nama besarnya.

Terakhir dia menderita komplikasi stroke, pneumonia dan ginjal.
Sawung Jabo yang saat ini berada di Australia, terkejut dengan berita kematian Naniel.

Sawung Jabo sudah tahu Naniel sakit sejak lama. "Waduh, kehilangan dulur satu lagi. Yaa, persenyawaan saya dan Naniel ya di group Swami, Dalbo, dimana kita sama sama berproses dan mengolah kemungkinan menjadi kenyataan," kata Sawung Jabo melalui pesan WhatsApp, Jumat siang, yang dikutip NgopiBareng.

Putra keduanya, Mahamuni Paksi, pukul 11.00 memposting informasi di Facebook; Innallilahi wa innaillahi rojiun,,, telah meninggal dunia Naniel Yakin ayah kami.... Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT......mohon doa agar terang kuburnya........amin. Naniel akan dikebumikan TPU Pondok Pucung,Tangerang Sabtu (22/20/2020).

Innalillahi wainna ilaihi roojiuun. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami kembali. Selamat jalan kawan! 


Penulis : Cak amu