Cawali Surabaya, Elektabiltas dan Popularitas Wisnu Paling Tinggi

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Cawali Surabaya, Elektabiltas dan Popularitas Wisnu Paling Tinggi

Friday, February 21, 2020

Ist.
Berita Rakyat, Surabaya -  Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi calon walikota Surabaya. Peringkat kedua diduduki Adies Kadir dan Azrul Ananda. Hal itu ditegaskan Sutikno, kepala Tim Riset Pilkada ITS dalam siaran persnya yang diterima Berita-Rakyat.co.id. 

Tokoh PDI Perjuangan ini meraih pencapaian pengenalan tertinggi hingga 39,21 persen.

Sementara Adies Kadir yang kini menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar tingkat pengenalannya 30,90 persen. Sedangkan tokoh muda Azrul Ananda selaku Presiden Persebaya memperoleh 29,66 persen.

Nama nama lain yang punya peluang besar mendongkrak popularitasnya adalah politisi kawakan Fandi Utomo (25,73 persen). Eri Cahyadi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko), 17,84 persen.

Mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin yang sudah gencar kampanye baru memperoleh pengenalan 11,93 persen. Pengacara yang lewat jalur independen M Sholeh serta tokoh asal Jombang, Zahrul Asumta yang biasa dipanggil Gus Hans memperoleh 6,70 persen dan 5,60 persen.

Figur lain yang muncul dalam survei tingkat keterkenalan adalah Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fathul Muid 5,00 persen. Ketua Partai Berkarya Surabaya Usman Hakim 3, 84 persen. Ketua Partai Perindo Surabaya Samuel Teguh 3,32 persen. Dan, Dirut PDAM Surabaya Sukirno 2,94 persen.

Berbeda dengan popularitas, saat ditanya apakah akan mimilih figur yang dikenal tersebut, jika mencalonkan diri sebagai walikota (elektabilitas)? terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih. ?Menurut Sutikno itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik.

Tingkat elektabilitas tertinggi juga masih digenggam Wisnu (5,47 persen). Kedua Eri Cahyadi (5,04). Ketiga Azrul (4,76).

Ketiga figur itu meninggalkan nama-nama beken seperti Adies Kadir, Fandi Utomo, Gus Hans dan Mahfud Arifin. 

Sutikno mengakui prosentasi popularitas dan elektabilitas ini masih terlalu dini untuk dijadikan acuan siapa wali kota dan wakilnya.

"Masih ada tujuh bulan. Semua masih bisa berubah. Tergantung strategi pendekatan ke publik, media serta aktivitas masing masing," jelasnya.

belum tentu akan dipilih oleh reponden yang kenal mereka. Namun sebaliknya, yang memilih pasti sudah kenal baik. (Amri)